Pernahkah kamu mengalami saat: sudah makan dengan porsi yang cukup buanyak, tapi perut masih saja lapar minta diisi? “😧 Waduh, Gawat Nih!” Atau, mungkin kamu seringkali ngidam makanan tertentu, meski baru saja selesai makan? Jika iya, kamu mengalami fenomena yang disebut “fake hungry” atau lapar palsu.
Lapar?
Sama seperti ketika kamu sedang mengemudi mobil dengan tangki bensin yang masih terisi penuh. Tiba-tiba, indikator bensin menyala dan mobil terasa seperti kehabisan bahan bakar. Padahal, tangki bensin masih terisi cukup banyak. Hal yang serupa terjadi pada tubuh kita. Perut kita mengirimkan sinyal “lapar, lapar!” padahal neeh perut sebenarnya sudah full.
Table of Contents
Toggle
Sudah Makan Tapi Masih Lapar?
“Fake hungry” atau lapar palsu adalah kondisi di mana seseorang merasa lapar meskipun tubuhnya sebenarnya tidak membutuhkan makanan tambahan. Kondisi ini seringkali disebabkan oleh beberapa faktor. Sebut saja itu karena: psikologis, emosional, dan lingkungan, dan bukan karena kebutuhan fisik yang sebenarnya.
Jika ternyata lapar palsu itu benar-benar terjadi padaku, bagaimana dengan ‘lapar asli’ yang sebenarnya?
Lapar asli, yaa sebenar-benarnya lapar. Kondisi di mana tubuh kita membutuhkan asupan makanan untuk menghasilkan energi. Saat benar-lapar, tubuh akan mengirimkan sinyal-sinyal yang jelas. Perut keroncongan, tubuh terasa letih, dan kepala pusing, misalnya.
Cara Membedakannya bagaimana?
Lapar asli, biasanya muncul secara bertahap, disertai dengan perasaan lemah dan kadang kitanya jadi berkurang konsentrasi. Sedangkan Lapar palsu itu muncul secara tiba-tiba. Seringkali dipicu oleh emosi atau lingkungan, dan tidak disertai dengan gejala fisik yang signifikan.
Penyebab
Secara umum “fake hungry” atau lapar palsu itu disebabkan oleh kebiasaan yang kita lakukan, atau bisa juga karena kita sedang stres, bosan dengan satu keadaan, sedang emosikah, atau bisa juga karena kegiatan tertentu seperti begadang.
Jangan banyak-banyak, mari kita gali lebih dalam.
Itu terjadi karena:
1. Kebiasaan
Ngemil sambil nonton atau bekerja jadi kebiasaan yang susah dilepas, ya? Padahal, kebiasaan ini sering bikin kita makan lebih banyak tanpa sadar, lho. Lama-lama, kita jadi enggak bisa bedain lagi mana lapar asli, mana yang cuma karena kebiasaan.
2. Stres
Pernah merasa stres lalu langsung pengen makan yang manis-manis? Itu karena stres bikin tubuh kita ngeluarin hormon kortisol. Hormon ini kayak tombol ‘ngidam’ yang bikin kita susah nolak makanan enak, apalagi yang manis dan berlemak.
3. Rasa Bosan
Merasa bosan seringkali memicu seseorang untuk mencari aktivitas yang dapat memberikan kepuasan instan, salah satunya adalah makan. Kegiatan makan ini seringkali dijadikan sebagai mekanisme koping untuk mengatasi rasa jenuh dan ketidaknyamanan, meskipun sebenarnya tubuh tidak membutuhkan asupan makanan tambahan.
4. Emosi
Ketika seseorang merasa sedih, marah, atau kesepian, pastinya cenderung mencari cara untuk mengurangi intensitas emosi tersebut. Salah satu cara yang umum dilakukan adalah dengan makan. Makanan dapat memberikan sensasi kenyang dan kepuasan sementara, sehingga memberikan perasaan nyaman dan mengurangi tekanan.
5. Kurang tidur
Kurang tidur dapat mengganggu keseimbangan hormon dalam tubuh, terutama hormon leptin dan ghrelin. Leptin berfungsi sebagai hormon yang memberi sinyal kenyang, sedangkan ghrelin merangsang nafsu makan. Ketika seseorang kurang tidur, produksi leptin menurun sementara produksi ghrelin meningkat, sehingga menyebabkan rasa lapar yang berlebihan meskipun tubuh sebenarnya tidak membutuhkan asupan kalori tambahan.
6. Dehidrasi
Seringkali, otak kita dapat dengan mudah terkecoh untuk mengartikan rasa haus sebagai rasa lapar. Hal ini terutama terjadi ketika kita mengalami dehidrasi ringan atau ketika kita terbiasa menghubungkan rasa tidak nyaman di perut dengan rasa lapar, padahal sebenarnya tubuh kita hanya membutuhkan ‘minum doang’. Begini-begini ini yang membuat tubuh makin melar.
7. Lingkungan sosial
Iklan makanan yang menarik, aroma masakan yang semerbak, atau suasana makan bersama teman-teman dapat memicu respons emosional yang kuat, sehingga memicu keinginan untuk makan meskipun perut sudah kenyang. Hal ini dapat memicu keinginan yang kuat untuk mengonsumsi makanan, bahkan ketika tubuh tidak sedang lapar.
Tambahan
Selain faktor seperti yang kami sebutkan, penggunaan obat-obatan seperti antidepresan, kortikosteroid, dan obat antipsikotik seringkali dikaitkan dengan perubahan nafsu makan. Obat-obatan ini dapat mempengaruhi pusat pengendalian nafsu makan di otak atau mengubah metabolisme tubuh, sehingga menyebabkan peningkatan atau penurunan nafsu makan.
Okey, jika sudah begini jadinya, bagaimana mengatasi rasa lapar yang palsu ini?
Mengatasi Lapar Palsu
Meskipun ‘fake hungry’ atau lapar palsu mungkin tampak sepele, namun dampaknya terhadap kesehatan dapat sangat serius. Kebiasaan menuruti hasrat ‘makan terus’ saat tidak benar-benar lapar dapat memicu obesitas, diabetes, maupun penyakit lainnya. Ini karena asupan kalori yang berlebihan tanpa diimbangi dengan pembakaran kalori yang cukup akan menumpuk menjadi lemak di dalam tubuh.
Jangan khawatir! Ada 3 hal penting yang bisa kamu lakukan untuk mengatasi kepalsuan lapar ini. Apa itu?
1. Kenali Perbedaan Lapar Asli dan Lapar Palsu
Langkah pertama yang sangat penting adalah membedakan antara lapar asli dan lapar palsu. Seperti yang sduah kita jabarkan sebelumnya, lapar asli kitanya menjadi lemah dan perut yang benar-benar kosong. Sedangkan lapar palsu seringkali muncul tiba-tiba.
Untuk itu disiplinkan dirimu! Makan sesuai waktunya.
Jangan biarkan nafsu makan mengendalikanmu! Patuhi jadwal dan porsi makan yang sudah kamu buat. “Jangan cengeng karena tidak bisa tambah” Disiplin diri adalah kunci utama untuk mengatasi lapar palsu. Makanlah bukan karena hanya tubuh membutuhkannya, tetapi karena telah tiba waktu makan.
2. Atasi Pemicu Lapar Palsu
Setelah mengetahui perbedaannya, langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi dan mengatasi pemicu lapar palsu. Caranya bagaimana?
Bergerak atau beraktivitaslah.
Kebiasaan makan berlebihan atau ngemil terus-menerus, sering kali diiringi dengan kurangnya aktivitas fisik. Kondisi ini dapat menyebabkan penumpukan energi dalam bentuk lemak, bukannya digunakan untuk aktivitas otak atau otot. Akibatnya, fungsi kognitif bisa terganggu dan tubuh menikmati kemanjaan tersebut.
Tidur Tepat Pada Waktunya.
Begadang yang sering kamu lakukan memaksa tubuh untuk bekerja ekstra, sehingga membutuhkan asupan energi tambahan untuk tetap berfungsi optimal. Akibatnya, kita cenderung merasa lebih lapar dan mencari makanan untuk memenuhi kebutuhan energi yang meningkat. Organ tubuh menjadi ‘lembur’ tanpa ada toleransi dan istirahat yang cukup.
3. Ganti dengan Aktivitas Lain
Ketika muncul rasa lapar palsu, alihkan perhatian dengan melakukan aktivitas lain yang lebih produktif. Ada banyak aktivitas yang bisa dilakukan, seperti: berolahraga ringan, berinteraksi dengan orang lain, membaca buku atau mendengarkan musik.
Selain membakar kalori, aktivitas fisik juga melepaskan endorfin yang dapat meningkatkan suasana hati dan mengurangi stres. Mengobrol dengan orang terdekat tidak hanya mengalihkan perhatian, tetapi juga memberikan dukungan sosial yang penting untuk kesehatan mental. Membaca buku yang menarik dapat membawa kita ke dunia lain, merangsang imajinasi, dan memberikan pengetahuan baru. Sementara itu, mendengarkan musik favorit dapat menjadi terapi yang efektif untuk mengurangi stres dan meningkatkan mood.
Fake Hungry. Waduh, Gawat Nih!
Lapar palsu adalah trik pikiran yang sering kita semua alami. Dengan mengenali tanda-tanda apa itu lapar palsu dan memahami pemicunya dengan benar, kita dapat mengambil kendali atas pola makan kita. Ingat, makan adalah kebutuhan, bukan hiburan.
Jadi, makanlah dengan sadar, dan pilihlah makanan yang benar-benar memberikan nutrisi baik bagi tubuh. Seperti kata pepatah, ‘Makan untuk hidup, bukan hidup untuk makan’. Benar saja, lakukan hal baik yang orang sebelum kamu lakukan, tentang makan dan lapar.
Salam Dyarinotescom.